Browser tidak support

0 Ibu Pembuka Gerbang Peradaban Bangsa

By: Ridho Islami
(Mahasiswa psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta)


 Setiap anak terlahir kedunia dengan sangat polos dan murni belum tersentuh oleh peradaban luar. Jiwanya yang masih suci menjadi penghibur bagi setiap orang yang dekat dengannya. Bagi anak kehangatan yang tiada tara adalah saat dia berada dalam pelukan seorang ibu. Ibu merupakan sarana dimana setiap anak dilahirkan. Kasih sayang dan kelembutan hatinya merupakan fitrah yang sudah dititahkan oleh Allah swt kepadanya. Ditangannya kasih sayang dan kelembutan menjadi bumbu-bumbu penghias karakteristik keperibadian anak. Jika seorang ibu mengasuhnya dengan kelembutan maka akan terlahir generasi pencerah peradaban bangsa. Rosulullah saw pernah memberikan wasiat kepada umatnya, bahwa maju mundurnya suatu peradaban bangsa terletak pada kaum perempuannya, oleh karena itu perempuan di anggap sebagai tiangnya Negara. Jika kaum perempuan setiap bangsa itu baik maka peradaban bangsa itu juga akan baik. Namun sebaliknya jika kondisi kaum perempuan itu tidak baik dan kurang diperhatikan oleh bangsa maka peradaban bangsa tersebut akan buruk.

0 Peningkatan Rasa Percaya Diri Anak melalui Co – Parenting Berbasis Modelling

By: Ridho Islami
(Mahasiswa psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta) 


A. Latar Belakang

Pada zaman globalisasi, dimana nilai-nilai moral dan batas-batas kebudayaan bangsa sangat mempengaruhi perkembangan karakteristik anak. Ada sebagian semi konsensus yang mengatakan bahwa umat manusia sedang menghadapi masa kritis karena dikepung oleh arus yang sifatnya telah mengglobal dari segala arah. Di sisi lain semakin melemahnya penerapan nilai-nilai agama dan nilai-nilai kebudayaan bangsa sendiri akibat penjajahan intelektual dan kebudayaan antar bangsa. Era globalisasi telah menjadi panggung sandiwara dunia dengan alur cerita khas hukum rimba yaitu yang punya power atau kekuatan yang berhak mengendalikan yang lemah. Tragisnya lagi, dan menambah kritis bangsa adalah peran para orang tua dalam menghadapinya tanpa mempersiapkan generasi yang mampu menghadapi tantangan zaman. Banyak dari sebagian para orang tua telah lupa akan tanggung jawabnya mengasuh anak dan lebih mementingkan aspek material sebagai pertahanan hidup. Sehingga tujuan untuk mendidik anak agar mampu berani menghadapi tantangan hidup hanya menjadi catatan pinggiran bagi kamus kehidupan berkeluarga.

0 Menjangkau yang Terabaikan (karakteristik keshalehan dalam dunia pendidikan sebagai Tunas Peradaban Islam)

By: Ridho Islami
(Mahasiswa psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta) 
  
A. Pendahuluan
Pada saat ini umat manusia tengah menghadapi perkembangan kebudayaan modern yang menyangkut pertumbuhan dahsyat dengan landasan modernisme barat yang bersifat pragmatik. Oleh karena itu berbagai sarana yang mampu merubah dunia disesuaikan dengan pandangan hidup ala barat. Hal ini dapat diketahui dari berbagai isi media-media yang ditawarkan oleh barat salah satunya lewat media televisi. Televisi (TV) adalah salah satu instrumen globalisasi. Semua peristiwa dapat kita saksikan melalui TV. TV merobek dan menembus batas “ruang” dan mencabut waktu yang menghubungkan setiap ruang. Dampak dari semua itu melahirkan masyarakat yang hidup dalam pola modernisasi dan modernisme.

0 Seperti Memberi Pupuk Pada Padi

By: Ridho Islami
(Mahasiswa psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta)


Pendahuluan

Analogi judul diatas merupakan sebuah refleksi harapan untuk menjadi seorang pengasuh yang mempunyai nilai pendidikan islami. Semakin padi itu dipupuk dengan teratur maka akan menghasilkan tanaman padi yang berkualitas dan semakin merunduk (menunjukan hasil bahwa padi itu sudah siap untuk dipanen). Orang tua sebagai sosialitation agen nilai-nilai karakter anak dalam keluarga merupakan pendidik utama sebelum pendidik yang lain. Tidak jarang orang tua yang gagal dalam menanamkan nilai-nilai karakter anak yang baik selalu merasakan kesedihan di masa tuanya. Maraknya pemberitaan di media-media tentang kisah seorang anak yang rela membunuh orang tuanya dan sikap seorang anak yang lari dari rumah karena selalu menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga menjadi sebuah pertanyaan yang bisa diarahkan kepada orang tua. Bagaimana pola asuh yang di terapkan pada anak?.

0 Sepotong Episode

"Selamat datang di zona ketabahan berkadar tinggi, karena di zona ini tak hanya dituntut untuk kuat, tapi juga bisa menguatkan. Tak hanya semangat, tapi juga bisa menyemangati. Jangan sekali-kali mengharap sanjungan dari manusia, namun bersiaplah mendapat caci maki dan gunjingan" !!!


About me.
Kehidupan kecil yang berada jauh dari glamour kota, menyepi terisolasi dipedesaan jauh pedalaman. Menempati rumah mungil merupakan rumah dinas guru, dengan dua kamar, ruang tamu dan ruang makan, itu saja. Bernyanyi bermain bersama alam, menyambut secerca cahaya mentari terbetik harapan menjulang tinggi dengan cita-cita. Saya adalah asisten pribadi kakak saya yang setia bertanggung jawab atas setiap misi eksprimen yang lakukan dalam membongkar entah itu mainan yang baru dibelikan atau bahkan alat-alat elektronik terkadang jadi sasaran. Perbedaannya saya dengan kakak saya dia adalah orang yang setia dirumah “at home” sedangkan saya adalah orang petualang yang suka menjelajah alam, pergi ikut berburu, mencari burung, mencari ikan, ikut tetangga pergi kesawah walau mulai SMA saya lebih senang dirumah menggantikan peran Ibu tercinta “jadi koki”.

Ibu dan Bapak tercinta adalah orang yang berperan dalam mendidik kami. Didikan dari orang tua yang membuka hati dan pikiran untuk dapat bercita-cita, terbang tinggi bersama pelangi. Masa SMP akhir saya mulai menyadari betapa luar biasa arti sebuah didikan orang tua yang membentuk karakter seorang anak. “Persona” pelajaran yang baru aku dapatkan dibangku kuliah, kita sampai sekarang berusaha untuk selalu memakai topeng yang akan membelenggu kita, hidup penuh dengan kepura-puraan. Bahkan kitapun belum siap untuk menerima orang lain tanpa ”topeng”, no body is ferfect hal inilah membuat kekuatan untuk dapat menerima segala kekurangan diri sendiri atau orang lain. Ibu adalah sosok yang saya kagumi pribadi yang unik, paling senang lihat Ibu kalau lagi marah sambil bekerja membersihkan rumah, karena saya tidak beres melaksanakan tugas ini (oh,, maafkan anakmu) atau paling seru ketika sedang masak bersama dengan Ibu pasti ada aja perang beda bumbu (aku merindukan). Bapak adalah pribadi yang mengajarkan kesederhanaan, tauladan yang nyata dalam hidupku. Tidak terbesit kata-kata berisi ungkapan mendamba sesuatu yang muluk-muluk atau mengikuti trend kehidupan yang flexible, Bapak mengajarkan kami harapan kehidupan menjadi orang besar yang terlahir dari orang kecil lewat motivasi cerita tokoh-tokoh terkemuka, memberi manfaat kepada orang lain. Bapak sosok orang pendiam tidak pernah marah, selalu menempatkan diri mengalah. Sekali lagi teladan dengan sikap adalah hal terbaik bukan dengan kata-kata saja. Titip salam rindu untuk Bapak dan Ibu lewat tulisan ini.

Sekapur Sirih

Masa sepuluh tahun lalu jauh berbeda dengan saat ini, tatkala setiap insan bernyanyi bersama alam, bangun tidur dengan jelanga lampu dihidung. Sekarang lebih akrab dengan perumahan dan penggundulan hutan. Perkembangan pesat yang terjadi seiring masuknya listrik, dan fasilitas asgor “aspal goreng” memberi dampak yang luas. Transformasi informasi melalui media seakan tak dapat dibendung menjejali ruang-ruang rumah tangga. Tidak dapat dipungkiri dampak positif dan negatif terjadi dikomunitas masyarakat. Media komunikasi adalah jalan penyampaian informasi yang ingin disampaikan, perang media nampaknya tidak seimbang, terjadi karena pemilik modal dan orang yang mengerti akan peran strategis media informasi. Ketertarikan terhadap radio dimulai masa kecil, radio merupakan barang aneh tanpa sambungan perantara bisa menerima suara itulah pikiran yang muncul dibenak. Saya dimasa kecil sudah bisa membedakan siaran FM dan MW atau AM, dimasa kecil ada dua radio ditempat saya yang masih diingat yaitu radio Framara FM dan Radio Nusa Indah”rasis tania” difrekuensi AM.


Tidak terlepas dari ”dua saudara” yang ingin menandingi penemu bersaudara pesawat terbang, saya dan kakak saya terus ”meneliti” terkait dengan radio mulai pesawat penerima sampai dengan pemancar radio. Dimasa SD (jarak dengan kakak terpaut 3 tahun) kami sudah berhasil memanipulasi ”wireless microphone” sebagai pemancar mini difrekuensi fm dengan jarak tidak lebih beberapa meter saja. Misi ini merupakan sebagian kecil dari misi kami, maka tidak heran masa SMP kakak saya sudah menerima orderan perbaikan alat elektronik yang terus berdatangan walau tidak pernah diiklankan (heee,hee,,), sedangkan saya tetap jadi asisten setia yang mengelola segala sesuatu sampai masalah keuangan sekalipun (maklum buat nabung beli perlangkapan eksprimen yang lebih banyak gagalnya). Kembali kemasalah radio kami fokus kepada pemancar dan akhirnya cita-cita itu terwujud pada tahun 2004. Berawal dari iseng memutar lagu dicompact disk ”dewi asmara”, dimonitor oleh pemuda desa dan langsung menyamperi dirumah memberikan usul agar sekalian benar-benar mendirikan radio. Akhirnya dibawah label menajemen karang taruna ”Amphibi” didirikanlah radio komunitas dengan nama ”The Funky FM”. Hal unik yang terjadi dengan nama radio, sempat terjadi tarik ulur, ide nama The Funky digagas oleh adik dari teman yang menyuplai kaset-kaset untuk kebutuhan siaran. Anda jangan membayangkankan content siaran yang diusung selaras dengan nama radio ini, sebenarnya ini pula penyebab perbedaan penamaan selain kata yang tidak familiar dimasyarakat notabene pedesaan.

Semua dari nol, tidak ada yang mengerti tentang radio sedikitpun kalau masalah cangkul mencangkul, bersawah, bertani, berkebun semua adalah ahlinya. Bermodal nekat dan semangat yang tinggi menjunjung prinsip gotong royong terukir seperti tower antena radio (biar keren bukan tiang) berdiri angkuh membelah angkasa bumi ”sekundang setungguan” Bengkulu Selatan, terbuat dari pohon bambu ”manyan” (nama jenis bambu) bersandar diatas pohon manggis. Tujuan itu adalah hal yang pasti kami ketahui ”menghibur” dan ternyata ini adalah hal penting yang perlu ditetapkan. Tidak ada istilah Produser, Music Director, Production House, Traffic, Finance atau apalah istilah dalam radio. Semua berjalan dari satu siaran kesiaran berikutnya yang penuh dengan kritikan baik sesama person atau dari pendengar. Siapa nyana The funky akhirnya bisa eksis dipuncak kejayaan walau akhirnya hilang ditelan masa. Tulisan ini berawal dari pengalaman seorang yang mendeklrasikan diri sendiri sebagai penyiar termuda di Bengkulu Selatan dimasa kecil.


Api itu masih menyala didalam sekam walau tidak kau lihat nyalanya apalagi cahayanya !!!
"Bermimpi dan Bercita-citalah Kawan"

next...
 

0 Psikologi Dalam Islam

http://www.insistnet.com/
Sejarah keilmuan Islam yang gemilang mencatat tiga corak pendekatan dalam memahami jiwa manusia. Pertama, pendekatan Qur’ani-Nabawi dimana jiwa manusia dipahami dengan merujuk pada keterangan kitab suci al-Qur’an dan hadis-hadis Rasulullah saw. Perbincangannya berkisar sifat-sifat universal manusia (syahwat kepada lawan jenis, properti, uang, fasilitas mewah, takut mati, takut kelaparan, pongah, pelit, korup, gelisah, mudah frustrasi), sebab maupun akibatnya (lupa kepada Allah, kurang berzikir, ikut petunjuk syaitan, tenggelam dalam hawa nafsu, hidup merana dan mati menyesal, di akhirat masuk neraka), dan beberapa karakter jiwa (nafs): yang selalu menyuruh berbuat jahat (ammarah bis-su’), yang senantiasa mengecam (al-lawwamah) dan yang tenang damai (al-mutma’innah). Perspektif ini diwakili oleh tokoh-tokoh semisal Ibn Qayyim al-Jawziyyah (w. 1350). Dalam kitabnya ar-Ruh, misalnya, diterangkan bagaimana ruh menjalar di tubuh manusia yang memungkinkannya bergerak, merasa, dan berkehendak. Ruh orang mati itu wujud dan merasakan siksa di alam kubur sekalipun jasadnya hancur.

0 Ilmu Tanpa Jiwa

http://www.insistnet.com/
Pada bulan Desember 2008 lalu, INSISTS bekerjasama dengan FISIP-UI menggelar sebuah seminar bertajuk “Dewesternisasi Pengetahuan dan Islamisasi Pengetahuan Kontemporer” bertempat di kampus UI Depok. Tampil sebagai pembicara adalah Prof. Dr. Wan Mohd Nor Wan Daud, Prof. Dr. Mulyadi Kartanegara, dan Dr. Khalif Muammar. Ketika itulah, Prof. Mulyadhi, guru besar di UIN Jakarta, memaparkan makalah berjudul “Kritik Terhadap Psikologi Modern”.

Selama ini, Psikologi didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki gejala-gejala dan kegiatan-kegiatan jiwa (Kamus Bahasa Indonesia, 2008 atau “the scientific study of the mind and how it influences behaviour” (Oxford Advanced Genie). Pada awalnya pembahasan mengenai jiwa dilakukan pada masa pra-modern, secara spesifik pada masa Yunani Kuno. Jiwa dibahas sebagai sesuatu yang bukan bertempat material dan sesuatu yang abadi. Pembahasan demikian pun dikontraskan dengan deskripsi tentang tubuh sebagai sesuatu yang material dan tidak abadi. Pandangan seperti ini dapat dikenali dari tokoh seperti Phytagoras dan Plato (lihat karya Bertrand Russel Sejarah Filsafat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosial-Politik dari Zaman Kuno hingga Sekarang).

Menurut Mulyadhi, memasuki abad ke-20, psikologi memisahkan diri dari filsafat dan menjadi cabang tersendiri dengan menerapkan metode ilmiah empiris sebagai syarat bagi diterimanya psikologi sebagai sains modern. Di masa inilah mulai bermunculan pelbagai aliran, seperti aliran biologis (neurobiologis), aliran behaviorisme, aliran psikoanalisis, aliran kognitif, dan aliran humanis.

0 Bahagia Menurut Hamka

http://www.insistnet.com/ 
Prof. Haji Abdul Malik Karim Amrullah, yang lebih akrab dipanggil -- Buya Hamka -- dikenal sebagai ulama besar. Tafsir al-Azhar, karya utamanya, hingga kini banyak menjadi rujukan umat Islam di Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Bagaimanakah uraiannya tentang jiwa yang “bahagia”? Kebahagiaan inilah yang senantiasa dicari orang. Sayangnya, banyak yang tersesat lantaran tidak tahu mesti mencarinya kemana, atau bahkan tidak tahu bahagia itu apa.

Sebagian orang mengatakan bahwa kebahagiaan itu letaknya pada harta. Akan tetapi yang berpikiran begini adalah orang yang putus asa dalam kemiskinannya. Hendak menjadi kaya namun selalu gagal. Kadang-kadang pendapatnya tak didengar orang lantaran ia miskin. Karena itu diputuskannyalah bahwa bahagia itu pada uang, bukan lainnya. Kaidahnya ini berasal dari hati yang kecewa.

0 Profil Psikolog Muslim: Abu Zaid al-Balkhi

http://www.insistnet.com/
Abu Zayd al-Balkhi (235H-322H/849M-934M) yang memiliki nama asli Ahmad ibn Sahl adalah pakar multi disiplin ilmu pengetahuan (polymath). Muhammad ibn Ishaq Abul Faraj al-Nadim atau lebih dikenal dengan Ibn al-Nadim, dalam kitabnya al-Fihrist menyebutkan bahwa al-Balkhi memiliki 41 karya dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Diantaranya di bidang 'Ulum al-Qur'an, Kalam, matematika, geografi, kedokteran, ilmu jiwa, perbandingan agama, politik, sejarah, linguistik, astronomi, sastera dan filsafat. Namun dari karya-karyanya itu, hanya dua kitab yang sampai pada kita, kitab suwar al-aqalim di bidang geografi dan masalih al-abdan wa l-anfus di bidang psikologi.

0 Nafs

http://www.insistnet.com/
Manusia bagi Karl Marx disetir oleh perutnya (ekonomi) dan bagi Sigmund Freud oleh libido seksnya alias kemaluannya. Ketika berhijrah di abad ke 7 M, Nabi sudah menyinggung temuan Marx dan Freud. Orang berhijrah itu disetir oleh tiga orientasi : seks, materi dan idealisme atau keimanan (lillah wa rasulihi). Artinya, manusia itu bisa jadi seharga dorongan perutnya, atau dorongan seksualnya dan dapat menjadi sangat idealis, meninggalkan kedua dorongan jiwa hewani dan nabati itu.

Jadi semua perilaku manusia hakekatnya disetir oleh jiwa atau nafs-nya. Tapi nafs mempunyai banyak anggota, yang oleh al-Ghazzali disebut tentara hati (junud al-qalbi). Anggota nafs dalam al-Qur’an diantaranya adalah qalb (hati), ruh (roh), aql (akal) dan iradah (kehendak) dsb. Al-Qur’an menyebut kata nafs sebanyak 43 kali, 17 kali kata qalb-qulub, 24 kali kata ta’aqilun (berakal), dan 6 kali kata ruh-arwah. Itulah, modal manusia untuk hidup di dunia.

0 Prof. Dr. Malik Badri: Psikologi Modern Tidak Netral

http://www.insistnet.com/
Lebih dari setengah abad menggeluti psikologi modern, pakar bernama lengkap Malik Babikir Badri ini dikenal luas lewat bukunya The Dilemma of Muslim Psychologists. Ketidakselektifan psikolog muslim, menurutnya, telah menyebabkan mereka mengikuti pola pikir dan pendekatan kaum Yahudi dan Kristen, meskipun cara itu berkualitas rendah dan tidak islami. Persis seperti dinyatakan oleh Rasulullah saw dalam sebuah hadis: “… bahkan jika mereka masuk ke dalam lubang biawak pun, orang Islam tanpa pikir panjang akan mengikutinya.” Yakni mengambil bulat-bulat psikologi Barat modern dan menerapkannya di dunia Islam.

Prof. Malik Badri lulus dari American University of Beirut tahun 1956, meraih doktor dari Universitas Leicester, Inggris 1961, dan mengantongi gelar profesor sejak 1971. Namanya tercatat sebagai Fellow dan Chartered Psychologist, British Psychological Society, anggota dewan pakar UNESCO, dan pendiri sekaligus presiden International Association of Muslim Psychologists. Kini ia tercatat sebagai pengajar di Universitas Islam Internasional Malaysia. Di tengah beragam kesibukannya, pria asal Sudan kelahiran 16 Februari 1932 dan ayah tujuh anak ini, Senin (7/9) petang lalu menerima wartawan Islamia, Dr. Syamsuddin Arif, di kantornya, di kampus Universitas Islam Internasional Malaysia (IIUM) Gombak, Kuala Lumpur.

0 Jiwa Manusia Menurut Fakhruddin Al-Razi

Imam Fakhruddin al-Razi (m. 1210 M) dikenal sebagai seorang ulama besar yang ensiklopedis, menguasai berbagai bidang keilmuan secara mendalam. Ia seorang mufassir al-Qur’an terkemuka. Ia juga pakar dalam bidang kedokteran, logika, matematika, dan fisika. Ia menulis kurang lebih dari dua ratus judul buku. Beberapa judul pun berjilid-jilid. Tulisannya tentang jiwa manusia terurai paling sedikit dalam tiga karyanya. Pertama, tentunya dalam Tafsir Besar-nya (al-Tafsir al-Kabir). Kedua, bukunya yang berjudul Kitab al-Nafs wa al-Ruh wa Syarh Quwahuma. (Buku Jiwa dan Ruh dan Komentar Terhadap Kedua Potensinya). Ketiga, tulisannya yang lebih menukik, terdapat dalam magnum opus-nya (karya besar), yang berjudul al-Matalib al-’Aliyah fi al-’Ilm al-Ilahi (Kesimpulan-Kesimpulan Puncak dalam Ilmu Ketuhanan). Buku ini terdiri dari 9 jilid.

Dalam pandangan Fakhruddin al-Razi, manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang unik. Keunikannya ada pada karakteristiknya yang khas. Manusia memang beda dengan makhluk ciptaan Allah yang lain. Bagi Fakhruddin al-Razi, manusia adalah makhluk yang memiliki akal dan hikmah serta tabiat dan nafsu. Ini membedakan manusia bukan hanya dengan binatang dan tumbuhan, tapi juga dengan malaikat. Dalam kajian psikologi Barat, perbandingan manusia dengan malaikat dan setan tentunya tidak ditemukan.

Menurut al-Razi, malaikat hanya memiliki akal dan hikmah, tanpa tabiat dan hawa nafsu. Karena itu, malaikat selalu ber-tasbih, ber-tahmid dan melakukan taqdis. (QS 16:50; 66:6: 21:21). Malaikat juga tidak akan mengingkari perintah Allah Ta’ala karena memang tidak memiliki hawa nafsu. Sebaliknya, binatang dan tumbuh-tumbuhan memiliki tabiat dan nafsu, namun tidak memiliki akal serta hikmah. Berbeda dengan malaikat, binatang dan tumbuh-tumbuhan, manusia memiliki kesemua karakteristik tersebut, yaitu akal, hikmah, tabiat dan hawa nafsu.

0 Kecerdasan

http://www.insistnet.com/
Pada tahun ini saya berkesempatan mengunjungi kembali beberapa negara Eropah. Banyak fakta yang menarik untuk dibagi bersama. Diantara yang menarik adalah ketika saya berkunjung ke Inggeris, Maret 2010. Di Nottingham saya dapat cerita bahwa sebuah penelitian di Universitas Nottingham menemukan korelasi bahwa semakin bodoh seseorang itu ia semakin religius dan sebaliknya semakin sekuler dan bahkan atheist ia semakin cerdas. Saya tidak baca hasil riset itu. Tapi setahu saya, menurut hasil riset W.Cantwell Smith definisi religion di Barat itu masalah, dan otomatis arti “religiusitas” pun begitu. Makna cerdas pun juga masalah. Sebab kini berkembang istilah kecerdasan spiritual. Jadi desain penelitian tersebut nampaknya perlu dipersoalkan.

0 Hari Anak Indonesia

Tulisan ini terinspirasi dari wawancara pagi di radio Elshinta Jakarta. Tanggal 23 Juli adalah diperingati hari Anak Indonesia. Menilik permasalahan hingga saat ini belum juga usai, bahkan semakin menjadi. Anak seolah ditakdirkan menjadi korban dalam pelbagai kejadian. Undang-undang perlindungan anak seolah belum bisa menjadi tameng membuat kekebalan hukum, terakhir kasus ”perjudian” yang melibatkan 10 orang anak. Penjaminan terhadap pendidikan juga memprihatinkan seolah masih ada perlakuan yang deskriminasi terhadap anak didik. ”Orang miskin dilarang sekolah”, sepertinya belum bisa mewakili permasalahan yang dihadirkan untuk pendidikan di Indonesia.

Tiga point penting yang menjadi perhatian dimasa kini, anak-anak dihadapkan dengan permasalahan. Kekerasan fisik, kekerasan psikologis dan kekerasan seksual adalah permasalahan yang tidak hentinya muncul kepermukaan. Secara manusiawi kekerasan fisik seolah ”membinatangkan” sikap manusia. Tidak terlepas dengan permasalahan yang melatar belakangi terjadinya kekerasan fisik. Faktor ekonomi seolah seolah dipandang sebagai ”center point” timbulnya berbagai macam permasalahan walaupun tidak sepenuhnya benar. Kekuatan iman yang dapat digunakan sebagai benteng kenyataannya dilupakan, tergerus kenikmatan yang semu yang nyata lebih tampak didepan mata.

2 KODE ETIK PSIKOLOGI INDONESIA



KODE ETIK
PSIKOLOGI INDONESIA
Pedoman Pelaksanaan


MUKADIMAH

Berdasarkan kesadaran diri atas nilai-nilai luhur Pancasila dan UUD 1945, Ilmuwan Psikologi dan Psikolog menghormati harkat dan martabat manusia serta menjunjung tinggi terpeliharanya hak-hak asasi manusia. Dalam kegiatannya, Ilmuwan Psikologi dan Psikolog Indonesia mengabdikan dirinya untuk meningkatkan pengetahuan tentang perilaku manusia dalam bentuk pemahaman bagi dirinya dan pihak lain serta memanfaatkan pengetahuan dan kemampuan tersebut bagi kesejahteraan manusia.

1 Blog Psikologi Islam UMS






Delete this element to display blogger navbar

 
© 2010 Psikologi Islam UMS is proudly powered by Blogger